Sabtu, 31 Desember 2011

preman love peace


preman tetap sayang ibu.

Read more...

Selasa, 20 Desember 2011

BAPAK PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA

YAH INILAH DIA PARA PEMBANGUN NEGARA KITA

(SUMBER FOTO:ohsiszy.deviantart)
THE REAL BAPAK PEMBANGUNAN REPUBLIK INA

SALAM PARA KULI BANGUNAN.OTOT KAWAT CORCORAN TULANG BETON DAGING SEMEN UNTU SEKOP.
REPUBLIK INA

Read more...

Jumat, 16 Desember 2011

ISENG ISENG BERIMAJINASI


Yaowww...kurang tidur dan menghasilkan karya yang hanya bisa dinikmati sendiri adalah hal yang memuaskan pikiran yang penat dengan seharian memikirkan hidup yang notabene sama sama saja dari hari ke hari.
SALAM KURANG TIDUR BUAT KAUM KALONG JOGJA.

Read more...

Rabu, 14 Desember 2011

ART WORK LAMA


Yah inilah art work saya yang ala kadarnya,,dicerca boleh,dibajak silahkan asal jangan diganti ganti warna,tulisan sama ukuranya.Harus sama persis dengan yang aslinya/saya buat.
.SELAMAT MENCERCA(cercaan kalian saya anggap masukan yang berguna).

Read more...

Sabtu, 10 Desember 2011

PEMBELA MAINAN TRADISIONAL

Dusun Pandes Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul merupakan salah satu dusun yang masih membuat berbagai mainan kertas. Meski sudah tergusur oleh mainan plastik asal China, warga dusun masih banyak yang setia membuat mainan kertas disela-sela kesibukannya sebagai petani.
Mbah Kerto (80) warga Dusun Pandes, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul masih membuat berbagai mainan tradisional dari bahan kertas bekas dan bambu seperti othok-othok, payung kertas, wayang kertas dan angkrek untuk dijual di sekitar Yogyakarta dengan harga Rp 1.000 - Rp 2.000/buah.




Wayang angkrek menggunakan bahan kertas bekas masih dibuat sebagian warga Dusun Pandes terutama yang sudah tua disela-sela kesibukannya di sawah tiap hari.
Meski sudah tergusur oleh mainan plastik produk Cina, mainan kertas dari Dusun Pandes pernah berjaya di tahun 1970 sehingga banyak warga yang menggantungkan hidupnya dari membuat mainan kertas tradisional tersebut. Berbagai mainan kertas itu dijual dengan harga Rp 1.000 - Rp 2.000/buah.
Hanya dengan pewarna tradisional semacam teres, sebuah mainan kertas wayang angkrek dalam waktu 20 menit bisa dibuat oleh seorang pengrajin.
Cekatan,rasa ingin berkarya dan kebisaan yang sudah lama tertanam didiri para wanita anggun(di massanya) walaupun mungkin anak anak sekarang lebih memilih handphone anderoid sebagai mainannya sehari hari. Tetap berkarya di keahlian membuat barang bekas menjadi barang yang dapat menyenangkan orang lain adalah kepuasan yang tak ternilai bagi diri para nenek nenek super kreatif ini.LOVE YOU NENEK PAHLAWAN MAINAN TRADISIONAL.

Read more...

NGINANG VS ROKOK . MANA YANG LEBIH BERBAHAYA??


Selain dibakar dalam bentuk rokok, tembakau juga dinikmati dengan cara lain termasuk dikunyah bersama daun sirih (nginang). Meski tidak berasap, nginang ternyata memiliki risiko kesehatan yang sama dengan merokok.

Tradisi mengunyah tembakau dikenal luas di berbagai daerah di Indonesia maupun dunia. Salah satunya di Jawa Tengah dan sekitarnya, yang populer dengan istilah nginang atau nyusur.

Saat nginang, tembakau tidak digunakan sendirian melainkan ada campurannya. Di antaranya adalah endapan kapur (Jawa: njet), buah pinang, daun gambir dan tidak lupa daun sirih.

Masyarakat meyakini, tradisi ini memberikan manfaat bagi kesehatan gigi dan mulut. Meski belum banyak penelitian tentang dugaan tersebut, kebanyakan penginang memang memiliki mulut yang sehat serta gigi yang kuat meski berwarna agak kekuningan.

Anggapan ini mungkin ada benarnya, sebab beberapa campurannya yakni gambir serta daun sirih dikenal sebagai antiseptik. Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya dapat mencegah pertumbuhan kuman-kuman penyebab sakit gigi dan bau mulut.

Selain itu nginang juga menggunakan endapan kapur sebagai campuran. Endapan yang telah membentuk pasta ini mengandung kalsium, yang diyakini punya manfaat bagi kesehatan gigi dan tulang.

Sampai di sini, manfaat nginang belum terbantahkan. Namun masih ada satu komponen lagi yang pastinya kontroversial, yakni tembakau. Jika tembakau dikatakan berbahaya ketika dalam bentuk rokok, apakah hal yang sama berlaku juga dalam nginang?

Seperti dilansir dari ncbi.nlm.nih.gov, Senin (31/5/2010) sebuah penelitian pernah dilakukan oleh National Board of Health and Welfare (1997) untuk melihat hal itu. Ternyata pada smokeless tobacco (produk tembakau non-rokok) termasuk nginang, dijumpai risiko kesehatan yang sama dengan merokok meski sedikit lebih kecil.

Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada smokeless tobacco meningkat 2 kali lipat dibandingkan ketika tidak mengonsumsi tembakau. Sedangkan pada rokok, risiko terebut menginkat 3 kali lipat.

Selain itu, smokeless tobacco dapat meningkatkan tekanan darah sehingga memperbesar risiko hipertensi. Hal yang sama juga terjadi pada rokok.

Karena dampak negatifnya lebih kecil, dalam hal ini nginang bisa dikatakan lebih aman dibandingkan rokok. Apalagi dampak tersebut hanya dialami oleh yang bersangkutan, tidak seperti rokok yang mengenal istilah perokok pasif.

Jika dari sisi kesehatan dampak negatif nginang sudah ditemukan, dampak negatif dari sisi lingkungan sebenarnya juga ada.

Salah satu komponen dalam nginang adalah pinang, yang mengandung alkaloid bernama arecoline. Senyawa ini akan memberi warna yang khas pada air liur saat nginang, yakni merah terang.
(PASUKAN NGINANG)

Kebiasaan buruk di desa-desa adalah meludah sembarangan. Dengan warna air liur yang semacam itu, kebiasaan itu tentu saja akan meninggalkan noda berupa bercak merah di mana-mana.

Sebenarnya masyarakat di Indonesia seperti di Jawa mempunyai wadah khusus untuk meludah, berupa kaleng kecil yang disebut tempolong. Masalah lingkungan akan teratasi jika saja semua orang yang nginang punya wadah semacam ini.
Siapa yang lebih berbahaya anda pasti tahu,tapi cuek aja, karena saya juga perokok berat. Salam Tradisional.

Source : detikhealth

Read more...

SANDAL TEKLEK

Alas kaki yang disebut bakiak atau theklek dalam bahasa Jawa, merupakan alas kaki yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Teklek atau bakiak tradisional umumnya berpenampilan polos dengan tali sebagai sangkutan kaki berupa potongan ban sepeda atau kulit binatang. Jika sangkutan kakinya tidak berupa berupa tali, umumnya sangkutan kaki pada bakiak berupa cempol “tonjolan berbentuk paku di ujung bakiak” untuk sangkutan atau dijepit oleh jempol kaki dan jari kaki.

Kini ketika era plastik demikian marak, teklek atau bakiak dari kayu sepertinya mulai tergusur. Sandal, sepatu sandal, bahkan sepatu banyak yang mulai menggunakan bahan baku plastik atau karet. Sekalipun era plastik sudah demikian merasuki seluruh sendi kehidupan manusia termasuk dalam urusan sandal dan sepatu, tetapi Dusun Tanjung tetap bertahan dengan produksi tekleknya. Bahkan pada ujung gang utama menuju dusun itu dituliskan papan petunjuk berbunyi Pusat Kerajinan Theklek Desa Tanjung.

Kerajinan teklek di Dusun Tanjung, Kalurahan Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman ini sebenarnya telah mulai ada sejak 1999. Mula-mula dibuat oleh 4 orang yang tergabung dalam satu kelompok. Dalam perjalanannya kelompok ini pun berkembang menjadi 4 kelompok dengan 16 orang anggota. Sebagian narasumber mengatakan bahwa mereka tertarik memproduksi teklek karena mereka memang tertarik dengan teklek yang mulai langka. Selain itu di wilayah ini pada masa itu bahan baku berupa kayu cukup melimpah dan kurang termanfaatkan, kurang berdaya secara ekonomis. Oleh karena alasan itulah maka mereka mulai berkreasi membuat teklek.

Ternyata pasar pun masih bisa menyerap produk yang sering dikatakan sebagai ketinggalan zaman ini. Hal demikian terjadi karena teklek produksi mereka, mereka kembangkan dengan berbagai sentuhan kreatif. Teklek tidak lagi dibuat dengan penampilan secara tradisional. Teklek produksi mereka dibuat dengan variasi-variasi yang cukup kaya. Baik dari sisi desain maupun hiasannya.

Dari sisi desain misalnya, ada teklek yang dibuat dengan bentuk empat persegi panjang dengan keempat sudut yang agak meruncing sehingga terkesan seperti potongan sebilah papan kayu biasa. Ada pula teklek yang dibuat menyerupai sandal wanita pada umumnya. Selain itu ada pula teklek yang dibuat dengan dilapisi anyaman eceng gondok atau anyaman pandan. Ada teklek yang dihias dengan cara dibatik. Macam-macam desain dan hiasan ini membuat teklek produksi Dusun Tanjung terkesan menjadi sandal yang tidak ketinggalan zaman atau gaul.

Dalam sebulan, Dusun Tanjung mampu menghasilkan 1.500 pasang teklek siap jual. Harga sepasang teklek sangat bervariasi. Mulai dari Rp 20.000,- hingga Rp 55.000,-. Rentang harga semacam itu tentu berkait erat dengan kerumitan desain (model), hiasan, bahan baku, dan juga ukuran.



Menurut Kelik (34) dan Wahab (28) selaku produsen teklek di Dusun Tanjung, hal yang paling sulit dalam pembuatan teklek adalah pada saat proses pembuatan. Baik mulai dari pemilihan kayu, pemotongan, pengupaman (pengamplasan), maupun dalam proses finishing (pengecatan, pemberian tali, pembuatan motif, dan seterusnya). Sedangkan untuk urusan pemasan menurut mereka tidak pernah ada hambatan yang berarti. Peluang pasar masih terbuka. Selama ini kerajinan teklek di Dusun Tanjung lebih banyak melayani pasar dalam negeri, utamanya Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Jogja sendiri.

Proses produksi teklek di Dusun Tanjung ini dipilah-pilahkan sesuai tahapan-tahapan prosesingnya. Jadi, mulai proses pemotongan kayu, pemotongan gambar pola, hingga pengamplasan dan pembuatan lubang untuk sangkutan kaki berada pada tempat yang berbeda-beda. Dengan kondisi seperti itu pula masing-masing tempat memiliki peran dan keahliannya sendiri-sendiri.


(sumber : www.tembi.org)

Read more...

Selasa, 06 Desember 2011

PATUK LELE atau BENTIK

Sewaktu berbincang disalah satu angkringan terfavorit saya di jalan bantul,TONY BOSTER, perbincangan ringan yang mengenang masa kecil yang super "glidik",tentang permainan yang dulu kerap kali di mainkan anak anak kecil, dan dimasa sekarang telah "almarhum". BENTIK/PATUK LELE, salah satu permainan yang benar benar menghilang dari peradaban handphone android sekarang.

Sekilas tentang bagaimana cara memainkan permainan ini,yang sebenarnya saya juga lupa lpua ingat hahaha :P,permainan ini menggunakan alat dari dua potongan bambu/ranting kayu kecil yang satu menyerupai tongkat berukuran kira kira 30-40 cm dan lainnya berukuran lebih kecil. Pertama potongan bambu yang kecil ditaruh diantara lubang yang telah di buat ditanah (bisa juga pakai ganjalan batu) lalu dipukul oleh tongkat bambu, diteruskan dengan memukul bambu kecil tersebut sejauh mungkin, pemukul akan terus memukul hingga beberapa kali sampai suatu kali pukulannya tidak mengena/luput/meleset dari bambu kecil tersebut. Setelah gagal maka orang berikutnya dari kelompok tersebut akan meneruskan. Sampai giliran orang terakhir.
Ini salah satu permainan favourite saya waktu kecil, tapi untuk aturan permainannya saya sendiri sudah lupa. Jadi pengen main ini permainan lagi bareng temen temen kecil dulu :).MATUR NUWUN SALAM TRADISIONAL.

Read more...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP